Profile Facebook Twitter My Space Friendster Friendfeed You Tube
Kompas Tempo Detiknews
Google Yahoo MSN
Blue Sky Simple News Simple News R.1 Simple News R.2 Simple News R.3 Simple News R.4

Al-Qur'an

Friday, September 3, 2010

Ternyata Pria Juga Bisa Menopause


Menopause selalu dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita seiring usia. Studi baru-baru ini mengungkap, hilangnya kemampuan reproduksi akibat penuaan itu juga terjadi pada pria.

Kondisi itu biasanya muncul lewat gejala SLOH atau symptomatic late-onset hypogonadism. Terjadi saat testis tidak cukup menghasilkan testosteron, hormon yang memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan pengembangan maskulin.

Gejala menopause pria seperti dikutip dari laman Times of India hampir sama dengan wanita. Merasa kelelahan, perubahan suasana hati, keinginan untuk seks menurun, rambut rontok, kurang konsentrasi dan penambahan berat badan.

"Ini adalah kelainan yang sangat lazim.Kami memperkirakan bahwa 95 persen kasus tidak terdiagnosis dan karenanya tidak diobati. Padahal, bila diabaikan, efek serius dapat mengganggu kualitas hidup seseorang," kata Robert Brannigan, MD, urolog di Northwestern Memorial Hospital.

"Menopause pada wanita, terjadi penurunan produksi hormon dalam waktu yang relatif cepat. Sedangkan pria mengalami perubahan hormon lebih lambat, dengan tingkat testosteron menurun sekitar satu persen setiap tahun yang dimulai pada akhir usia tiga puluhan," Brannigan menambahkan.

Menurut Brannigan, pada usia 70 tahun, penurunan tingkat testosteron pria bisa mencapai 50 persen atau lebih dibandingkan dengan tingkat awal. Tetapi catatan bahwa usia tua bukan satu-satunya faktor penentu. Genetik juga dapat menyebabkan menopose pada pria lebih cepat datang.

"Kami melihat pria lebih rentan mengalami hypogonadism saat ini dibanding sepuluh tahun yang lalu. Namun, banyak pria lebih memilih diam karena kurangnya kesadaran gangguan sekitarnya," kata Brannigan.

Dokter memperingatkan bahwa hypogonadism telah dikaitkan dengan penyakit kronis seperti kolesterol tinggi, diabetes dan penyakit jantung. Ini juga berkaitan erat dengan ketidaksuburan. "Penyakit ini bukanlah sesuatu yang harus diabaikan," kata Brannigan.
VIVAnews

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by Mas-Kas | Published by Templates Blog Gratis
Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.